Selasa, 31 Juli 2012

Kelabu di Langit Krakatau

langit kelabu muncul
di gunung kraratau
saat asap kelabu mulai tampak di sana
tangan-tangan kecil menengadahkan tangan
 berharap kenangan pahit itu tidak terjadi lagi
dua puluh sembilan tahun lalu
ledakan besar yang
meninggalkan kenangan pahit
di kaki gunung krakatau

kini
kenangan pahit itu muncul kembali
sebagai kenyataan pahit

semoga
kenangan itu takkan ada lagi

agar mimpi buruk itu
tidak lagi menjadi kenyataan
yang menjadi kenangan pahit

Rima

  PLUK! PLUK!
Penghapus-penghapus warna-warni yang sudah dipotong ber-"terbangan" di langit langit kelas kami. Ini kebiasaan kami saat sekolah selesai dikelas. Kali ini sasaranku Rima. Rima adalah anak yang paling susah di kelas 6A ini.
 PLUK! PLUK!
Rima mengambil potongan penghapus itu sambil menangis. Memang, yang kugunakan itu penghapusnya. Rima juga tahu.
  "Cengeng amat sih! Penghapus gituan, kan murah! Paling 500 perak dapet!" kataku meneriakinya. Disusul gelak tawa lainnya.
  Rima memasukkan potongan kecil itu ke kotak pensil lusuhnya, lalu berlari keluar kelas.
  "Aih, cengeng amat, ya Tara!" seru Diva padaku. Kami tertawa lagi.
  Esoknya, ada ulangan mendadak. Tadi pagi, aku terburu-buru karena hampir telat.
  Saat Bu Feni masuk, aku mencari-cari kotak pensil boneka anak kecil membawa tas-ku di tas. Tapi, tidak ada sama sekali.
  "Bu, aku ngga bawa pensil..." kataku.
  "Anak-anak, siapa yang mau meminjamkan alat tulis ke Tara?" tanya Bu Feni. Semua anak hanya membawa satu pensil dan penghapus.
  "Saya bu!" seru Rima tiba-tiba.
  Rima meminjamkan pensil yang berlapis bambu dan potongan penghapus miliknya. Itu kan, penghapus dan pensil yang kulempar-lempar ke selokan kemarin!
  Aku malu melihat kesederhanaan Rima. Kalau aku, beli sebentar, langsung kubuang.
  Esoknya, aku minta maaf dengan Rima. Aku akan meniru Rima dari sekarang!

Kamis, 05 Juli 2012

Saat Hidupmu Terlihat Sulit untuk Dilalui...

Diatas sebuah meja, terdapat dua gelas cangkir, sebuah toples, sebuah kotak, sekantong kelereng, bola tenis, dan sebuah mesin kopi panas.
Seorang profesor wanita memasukkan sekantong kelereng ke sebuah toples hingga penuh.
"Apakah ini penuh?" tanyanya.
"YA!" jawab muridnya.
Lalu profesor itu memasukkan bola-bola tenis kesebuah kotak.
"Apakah ini penuh?" tanyanya.
"YA!" jawab muridnya.
Lalu, ia menuangkan masing-masing setengah gelas kopi ke dua buah cangkir.
"Apakah ini penuh?" tanyanya.
"TIDAK!" jawab muridnya.
"Apa artinya, profesor?" tanya salah satu muridnya.
"Kalian lihat semuanya penuh? Artinya adalah, sesulit apapun hidupmu, sejenuh apapun hidupmu, apakah kalian masih punya sahabat yang menemani? Sesulit apapun hidupmu, masih ada kopi panas yang bisa dibagi dengan sahabat," jawab profesor itu tersenyum.

-0oDari Berbagai Sumbero0-